web widgets

Kamis, 12 Desember 2013

"Dampak kesenjangan Ekonomi Terhadap Perkembangan Anak"



Masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia sampai saat ini belum dapat diatasi secara efektif, justru berdampak negative pada perkembangan  anak. Pemerintah belum juga memberikan kontribusi secara maksimal untuk memeratakan system kesejahteraan perekonomian dinegara ini. Hal semacam inilah yang menjadi pemiju banyaknya anak-anak usia dini menjadi terlantar, Selain itu banyak anak yang terpaksa bekerja di jalanan. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial mencatat jumlah anak jalanan tahun 2007 sebanyak 230.000 jiwa. Adapun BPS bersama ILO mengestimasi jumlah anak jalanan sebanyak 320.000 pada tahun 2009. Kenakalan anak juga dirasa semakin meresahkan masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pede-saan. Kasus-kasus kenakalan semakin sering diberitakan media, karena tidak hanya muncul dalam bentuk pelanggaran ringan tetapi sudah sering muncul dalam bentuk tindak pidana kejahatan seperti kekerasan yang menimbulkan korban jiwa baik yang dilakukan secara sendiri maupun berkelompok/geng.
Kemiskinan anak perlu mendapat perhatian serius. Negara ini tidak mempunyai data yang pasti mengenai populasi anak miskin. Namun jika prosentase penduduk miskin mencapai 39 persen atau sekitar 40 juta dari keseluruhan penduduk artinya jumlah anak-anak miskin akan lebih banyak lagi. Kemiskinan anak terpapar dalam informasi besarnya anak-anak terlantar, anak-anak gelandangan, putus sekolah, gizi buruk, prostitusi anak, anak diperdagangkan dan anak dipekerjakan. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan juga kemungkinan akan mengalami penyalahgunaan secara fisik oleh orang tuanya yang hidup dalam lingkungan yang penuh tekanan akibat kesengsaraan secara ekonomi (Conger & Elder 1994, McLanahan & Sandefur 1994, Kruttschnitt et al 1994). Insiden, durasi, dan kekronisan kemiskinan pada anak-anak juga akan berdampak kepada perlambatan perkembangan IQ anak, prestasi pendidikan, dan rendahnya produktivitas ketika mereka dewasa sebagaimana terukur dengan rendahnya upah dan jam kerja mereka.
Kemiskinan membawa kemunduran secara signifikan bagi anak. Kehidupan yang layak sukar untuk diraih pada kondisi miskin. Kemiskinan sering menjadi lingkaran setan yang serius bagi kelangsungan hidup anak. Bahkan, mereka pun akan kehilangan akses untuk mendapatkan penghidupan yang layak yang pada gilirannya akan semakin menambah beban ketergantungan kepada orang lain (Zill 1993, Duncan et al 1994, McLanahan & Sandefur 1994). Implikasinya, dengan tingginya tingkat deprivasi ekonomi yang dialami anak-anak akan menyebabkan lestarinya kemiskinan ketika mereka dewasa nantinya (bdk. Teddy Lesmana, 2008).
Anak-anak miskin kelak akan menjadi pelestari kemiskinan. Kondisi yang miskin pada masa kanak-kanak hanya akan menyebabkan pertumbuhan kognitif yang lambat, fisik yang kerdil dan akses yang terbatas. Pekerjaan yang dapat diraih dengan pendidikan yang rendah juga sangat terbatas. Oleh karena itu pengentasan kemiskinan hanya bisa berdampak besar dan berjangka panjang ketika akar-akar masalah kemiskinan seperti gizi buruk, pendidikan, peningkatan kualitas hidup dapat dilakukan semenjak dini.
Upaya pengurangan kemiskinan juga harus difokuskan pada anak-anak dengan menyediakan sarana sosial dasar (pendidikan dan kesehatan gratis) dengan kualitas yang baik bagi anak-anak yang merupakan kunci bagi mereka untuk membangun kapabilitas dasar mereka dalam rangka menjalani kehidupan dengan lebih bermartabat dan juga untuk menjamin kualitas generasi penerus keberlangsungan dan keberlanjutan hidup bangsa ini. Masalah inilah yang seharusnya pemerintah selesaikan.




8 komentar:

  1. Itulah potret bangsa indonesia skrg nii, ris...
    Yang kaya smakin kaya dan miskin smakin miskin... :(

    BalasHapus
  2. Pemerintah harus bijak menyikapi persoalan tersebut,.... :) :) ayao..lah pemerintah jangan hanya berpangku tangan tapi turut merasakan apa yang dialami masyarakat.

    BalasHapus
  3. indonesia terlalu banyak merencanakan strategi pengembangan dan pertumbuhan negara yang notabene mengutamakan kondisi politik, terlalu peduli akan dirinya sendiri,jd beginilah akibatnya, sektor pendidikan, sektor kesehatan, juga sektor ekonomi kerakyatan menjadi anak tiri..

    BalasHapus
  4. saya pikir ini jg perlu peran serta kita semua yg sadar akan hal ini...

    BalasHapus
  5. memang seharusnya seMua kalangan harus mempunyai kesadaran dengan kondisi dilingkunan kita, yang jauh tertinggal dr kita Tp keikut sertaan tangan pemerintah juga sangat dibutuhkan.
    Mereka dipilih oleh rakyat dan untuk rakyat Bkn untuk dirisendiri semata :P

    BalasHapus
  6. saya pikir ini jg perlu peran serta kita semua yg sadar akan hal ini...

    BalasHapus