Indonesia lagi lagi mengalami titik kesetidak_imbangan dalam perekonomian, investorpun ancam hengkang atas melemahnya Nilai tukar Rupiah yang berdampak pada beberapa sektor, selain itu Topik yang sedang hangat dibicarakan saat ini yang menambah kegalauan para penanam saham adalah Naiknya BI RATE:
Suku bunga acuan atau BI Rate naik
lagi 25 basis poin, menjadi 7,5 persen. Kali ini, Bank Indonesia fokus
pada pengendalian defisit transaksi berjalan. Namun, dalam jangka
menengah panjang, BI mengarahkan kebijakan kepada pengendalian inflasi
dan defisit transaksi berjalan.
Kenaikan BI Rate itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)
BI, Selasa (12/11/2013). Dengan demikian, BI Rate sudah naik 175 basis
poin (bps) atau 1,75 persen sejak Juni 2013.
Kenaikan BI Rate akan berdampak terhadap perekonomian dan sektor riil. Pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Kenaikan BI Rate akan berdampak terhadap perekonomian dan sektor riil. Pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Di sisi lain, kenaikan BI Rate akan mengakibatkan kenaikan suku
bunga perbankan. Bank bisa menaikkan suku bunga simpanan ataupun
pinjaman.
Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda
kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku
bunga simpanan akan meningkatkan biaya dana bank.
Jika tidak ingin margin tertekan, bank harus menaikkan suku bunga
pinjaman. Langkah bank menaikkan suku bunga pinjaman akan berhadapan
dengan risiko kredit bermasalah.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Achmad
Baiquni mengakui, BRI akan memantau lebih dulu situasi sebelum
memutuskan menaikkan atau tidak menaikkan suku bunga simpanan.
Sebaliknya, untuk suku bunga pinjaman, ada yang tidak akan naik
karena berlaku suku bunga tetap, seperti pada kredit mikro. Namun, ada
juga yang naik karena mengikuti BI Rate.
”Kenaikan suku bunga kredit yang mengikuti BI Rate tidak seketika. Kenaikan mungkin bulan depan,” ujar Baiquni.
Berdasarkan data BI, kenaikan BI Rate berdampak pada menipisnya
selisih antara suku bunga kredit dan deposito, dari 615 bps pada
triwulan II-2013 menjadi 586 bps pada Agustus 2013.
Dampak lain, kenaikan suku bunga deposito mengakibatkan simpanan
perbankan tumbuh 15,83 persen pada Agustus 2013 dibandingkan triwulan
II-2013. Per Agustus 2013, porsi deposito atas total simpanan 44 persen.
Sektor energiLangkah mengendalikan defisit transaksi berjalan
tidak bisa hanya dilakukan BI. Pemerintah juga harus memiliki kebijakan
yang jelas di sektor energi.
”Defisit transaksi berjalan kan sumbernya impor migas yang masih tinggi,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti.
Pemerintah, lanjut Destry, bisa menggunakan mekanisme harga atau
konversi energi. Langkah itu harus terstruktur, tetapi dilakukan segera.
Jika tidak, defisit transaksi berjalan masih tetap terjadi dengan sumber yang sama, yakni migas.
Data Badan Pusat Statistik, perdagangan komoditas migas selalu
defisit pada kurun waktu Januari-September 2013. Pada September 2013,
perdagangan migas defisit 1,15 miliar dollar AS.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo pernah menyebutkan,
pertumbuhan impor minyak masih tinggi. Padahal, kenaikan harga BBM
bersubsidi dilakukan pada Juni 2013. Itu berarti kenaikan harga BBM
tidak terlalu berdampak menekan permintaan BBM.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi menyebutkan, langkah
BI menaikkan BI Rate saat inflasi sudah mulai bergerak ke pola normal
menunjukkan bobot kebijakan BI saat ini bergeser. ”Isu utama BI saat ini
adalah mengendalikan defisit transaksi berjalan. Namun, pada tahun
2014, bisa jadi kebijakan BI memang lebih ketat,” kata Eric.
Langkah menaikkan BI Rate ini sekaligus upaya BI mengantisipasi
kemungkinan berkurangnya stimulus moneter yang dilakukan Bank Sentral
Amerika Serikat, The Fed. Jika pengurangan stimulus itu dilakukan akhir
tahun 2013, BI sudah siap menjaga rupiah tidak tertekan.
Sin Beng Ong dari JP Morgan Chase Bank, dalam rilisnya
menyebutkan, langkah BI telah menunjukkan prioritas kebijakan, yakni
mengendalikan defisit transaksi berjalan. Langkah itu diperkirakan masih
akan berlanjut pada tahun 2014.